TUGAS RISET
MENGANALISIS KARYA ILMIAH
Nama :
Linda Ayu Diwanti
Kelas :
XII IPA 1
Sekolah :
SMA NEGERI 3 Samarinda
Judul
Analisis Karya :
Pemanfaatan Limbah Deterjen
untuk Merangsang Pembungaan pada
Tanaman Euphorbia sp
Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk
Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp
Disusun oleh : Erna Siaga
i
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-NYA ,
penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang berjudul ‘’ Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang
Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp ‘’ .Air merupakan salah satu sumber
kehidupan manusia , namun aktivitas rumah tangga seperti mencuci ternyata
memberikan dampak negatif yaitu pencemaran air akibat penggunaan detergen .
Untuk itu penulis ingin mengolah limbah detergen menjadi sesuatu yang memiliki
nilai guna yaitu sebagai perangsang pada pembungaan bunga Euphorbia sp
Karya tulis ini diharapkan dapat
bermanfaat di lingkungan masyarakat , seperti masyarakat tidak lagi melakukan
pemborosan air , dan pupuk . serta diharapkan karya tulis ini dapat menjadi
media alternatif serta media pendidikan dan penulis berharap pembaca dapat
berkontribusi memberikan saran dan kritik dalam karya tulis ini untuk penyempurnaan.
Terima kasih kepada orang tua , serta
guru pembimbing penulis atas dukungan yang diberikan . Semoga Karya ini dapat
berkontribusi positif bagi pembaca
Lubuk Linggau, November 2008
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………1
A. Latar Belakang
……………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………1
C. Tujuan ………………………………………………………………………..2
D. Manfaat ………………………………………………………………………2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
……………………………………………….3
BAB III PEMBAHASAN
……………………………………………………...9
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………….12
A. Kesimpulan …………………………………………………………………..12
B. Saran-saran …………………………………………………………………...13
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… iv
iii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan komponen yang sangat
penting bagi kehidupan, baik bagi manusia, hewan maupun tumbuhan. Manusia
sangat membutuhkan air di dalam menjalankan aktivitas hidupnya , seperti
mencuci, minum, memasak, mandi dan lain-lain. Hal ini tidak jauh berbeda dengan
hewan maupun tumbuhan yang juga sangat membutuhkan air untuk kelangsungan
hidupnya.
Dewasa ini, pemborosan dalam hal
penggunaan air adalah hal yang sangat memprihatinkan, seperti halnya penggunaan
air dan deterjen untuk mencuci pakaian. Deterjen adalah pembersih sintetis yang
terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Kemampuan deterjen untuk
menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau objek lain,
mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi dan
meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan peralatan
rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat
penggunaan deterjen, sehingga deterjen menjadi bagian penting yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern Namun, pemakaian deterjen
yang berlebihan adalah salah satu faktor yang mendorong penggunaan air semakin
meningkat dan produksi limbah pun semakin menjadi.Umumnya, air dari
limbah industri rumah tangga tidak memiliki tingkat produktivitas lagi sehingga
akan langsung dibuang setelah digunakan, seperti halnya air limbah mencuci
pakaian. Padahal, air limbah pencuci pakaian masih memiliki nilai guna yaitu
untuk menyiram tanaman. Akan tetapi, banyak anggapan bahwa tindakan tersebut
dapat membahayakan kelangsungan hidup tanaman. Dengan alasan bahwa air limbah
mencuci pakaian tersebut banyak mengandung zat kimia dari deterjen yang
berbahaya bagi tanaman.
Pemanfaatan limbah deterjen untuk
menyiram tanaman merupakan sebuah langkah yang menguntungkan. Tidak hanya
sebagai usaha pemanfaatan limbah deterjen agar limbah tersebut bermanfaat bagi
tanaman, tindakan ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan, seperti
pencemaran terhadap tanah dan sungai di sekitar pemukiman. Selain itu, hal ini
juga dapat mendorong setiap individu untuk gemar menanam tanaman tanpa harus
melakukan pemborosan terhadap penggunaan air bersih sehingga jika hal itu
terjadi maka akan dapat mencegah pencemaran udara dan program Tanam Seribu
Pohon terdukung.
Hal inilah yang membuat tim peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian apakah limbah deterjen dapat dimanfaatkan
untuk menyiram tanaman lalu apa pengaruh limbah deterjen terhadap pembungaan
pada tanaman Euphorbia sp sebab banyak orang berpikir bahwa
menggunakan limbah deterjen akan berdampak negatif pada tanaman.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dibahas
yaitu sebagai berikut:
- Apakah limbah deterjen dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman?
- Apa pengaruh limbah deterjen terhadap pembungaan tanaman Euphorbia sp?
1.3 Batasan Masalah
Pembuatan karya tulis ini memiliki
batasan masalah yaitu sebagai berikut.
- Limbah deterjen bermerek Rinso sebagai limbah deterjen untuk menyiram tanaman
- Penelitian ini dilakukan pada tanaman Euphorbia sp.
1.4. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini yaitu sebagai berikut.
- H1 : Limbah deterjen dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman dan merangsang pembungaan pada tanaman Euphorbia sp.
- Ho : Limbah deterjen tidak dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman dan merangsang pembungaan pada tanaman Euphorbia sp.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan tim peneliti membuat
karya tulis ini yaitu:
- Untuk mengetahui apakah limbah deterjen dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.
- Untuk mengetahui pengaruh limbah deterjen terhadap pembungaan tanaman Euphorbia sp.
1.6 Manfaat
Penelitian
- Manfaat bagi masyarakat : Masyarakat dapat memanfaatkan limbah deterjen yang diduga tidak dapat dimanfaatkan lagi sebagai air untuk menyiram tanaman , Menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan , dan Mengurangi pemakaian air yang sering kali berlebihan.
- Manfaat bagi pendidikan : Memperdalam pelajaran biologi kelas XII Bab Perkembangan dan Pertumbuhan Tumbuhan
2
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Definisi
1. Deterjen
a)
Menurut KBBI (2002:259),” Deterjen
adalah bahan pembersih pakaian (seperti sabun yang tidak dibuat dari lemak atau
soda dan berupa tepung atau cairan).”
b)
Menurut Wikipedia (2008:11),” Deterjen
adalah campuran berbagai bahan,
yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.”
2. Tanaman
Menurut KBBI (2002:1134),” Tanaman
adalah tumbuhan yang biasa ditanam orang.”
3. Limbah
Menurut KBBI (2002:672),” Limbah
adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa
atau pemakaian.”
4. Air
Menurut KBBI
(1999:13), ”Air adalah benda cair yang biasa terdapat disumur,
sungai, danau, yang mendidih pada suhu 100 C. ”
2.2. Tinjauan
Umum Mengenai Deterjen
Produk yang disebut deterjen
merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan
antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air. Detergen adalah Surfaktant anionik dengan gugus alkil (umumnya
C9 – C15) atau garam dari sulfonat atau sulfat
berantai panjang dari Natrium (RSO3- Na+
dan ROSO3- Na+) yang berasal dari derivat
minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin).
3
Setelah Perang Dunia II, detergen
sintetik mulai dikembangkan akan tetapi karena gugus utama surfaktan ABS yang
sulit di biodegradabel maka pada tahun 1965 industri mengubahnya dengan yang
biodegradabel yaitu dengan gugus utama surfaktant LASProses pembuatan detergen
dimulai dengan membuat bahan penurun tegangan permukaan, misalnya : p –
alkilbenzena sulfonat dengan gugus alkil yang sangat bercabang disintesis
dengan polimerisasi propilena dan dilekatkan pada cincin benzena dengan reaksi
alkilasi Friedel – Craft Sulfonasi, yang disusul dengan pengolahan dengan
basa.
2.2.1 Komposisi Deterjen
- Surfaktan (surface active agent) : Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktant ini baik berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), Non ionic (Nonyl phenol polyethoxyle), Amphoterik (Acyl Ethylenediamines)
- Builder (Permbentuk) : Builder berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa Phosphates (Sodium Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat).
- Filler (pengisi) : Filler adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate
- Additives : Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti Redeposisi). Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.
2.2.2. Klasifikasi
Deterjen Berdasarkan Kandungan Gugus Aktif yang Terkandung
1. Detergen jenis keras
Detergen jenis keras sukar dirusak
oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut dibuang akibatnya zat tersebut
masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air.Contoh: Alkil Benzena
Sulfonat (ABS).Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil
Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini
menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena maka
persamaan reaksinya adalah:
4
C6H5C12H25
+ SO3 → C6H4C12H25SO3H
(Dodekil Benzena Sulfonat)
Reaksi selanjutnya adalah
netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat.
2. Detergen jenis lunak
Detergen jenis lunak, bahan penurun
tegangan permukaannya mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif
lagi setelah dipakai .Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat.
(LAS).Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan
asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
C12H25OH
+ H2SO4 → C12H25OSO3H
+ H2O
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan
larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.
Tanpa mengurangi makna manfaat
deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia
yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap
kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni
surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap manusia dan lingkungannya.Umumnya pada deterjen anionik
ditambahkan zat aditif lain (builder) seperti golongan ammonium
kuartener (alkyldimetihylbenzyl-ammonium cloride, diethanolamine/ DEA), chlorinated
trisodium phospate (chlorinated TSP) dan beberapa jenis surfaktan seperti sodium
lauryl sulfate (SLS), sodium laureth sulfate (SLES) atau linear
alkyl benzene sulfonate (LAS). Golongan ammonium kuartener ini dapat
membentuk senyawa nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat
karsinogenik, dapat menyebabkan kanker.
Senyawa SLS, SLES atau LAS mudah
bereaksi dengan senyawa golongan ammonium kuartener, seperti DEA untuk
membentuk nitrosamin. SLS diketahui menyebabkan iritasi pada kulit,
memperlambat proses penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang
dewasa.Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak
insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap
badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Keberadaan
busa-busa di permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air
terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan
organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.Builders,
salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate.
Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener air.
Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan
magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen
meningkat.
5
Phosphate yang biasa dijumpai pada
umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki
daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang
dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat
menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air,
sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae
(phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri.Deterjen
Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk
garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa
terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan
karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan
endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristis yang tidak nampak
pada sabun.Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif
permukaan, yang beraksi dalam menjadikan air menjadi lebih basah (wetter)
dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas
permukaan antara air dengan gas (udara), padatan-padatan (debu), dan
cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena
struktur “Amphiphilic“, yang berarti bagian yang satu dari molekul
adalah suatu yang bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan
afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai
ekor) yang tidak suka air.Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang
baik dan tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan
magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mempunyai
keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu
tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristis
yang tidak nampak pada sabun.
2.3. Manfaat Deterjen
Awalnya deterjen dikenal sebagai
pembersih pakaian, namun kini meluas dalam bentuk produk-produk seperti:
- Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan, dll.
- Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer di masyarakat.
- Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.
- Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.
Kemampuan deterjen untuk
menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau objek lain,
mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi dan
meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan peralatan
rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat
penggunaan deterjen, sehingga menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan masyarakat modern.
6
2.4 Tinjauan Umum Mengenai Air
Air adalah zat kimia
yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di
bumi,tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi.
Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian
besar terdapat di laut
(air asin)
dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi
juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air,
dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut
bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan,
hujan,
dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air,
sungai,
muara) menuju laut. Air bersih penting
bagi kehidupan manusia.Di
banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi,
sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan
planet Mars,
serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam
ketiga wujudnya tersebut. Pengaturan air yang kurang baik dapat menyebakan
kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik.
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia
H2O:
satu molekul
air tersusun atas dua atom
hidrogen
yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.
Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur
273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut
yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia
lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul
organik.Air merupakan salah satu nutrisi yang sangat penting untuk
tumbuhan. Tanpa air, tumbuhan tidak akan tumbuh. Air termasuk senyawa utama
yang sangat dibutuhkan tumbuhan. Air berfungsi antara lain untuk fotosintesis,
mengaktifkan reaksi enzimatik, menjaga kelembapan, dan membantu perkecambahan
biji. Tanpa air, reaksi kimia dalam sel tidak dapat berlangsung sehingga
mengakibatkan tumbuhan mati.(Pratiwi, 2007:10)
2.5 Tinjauan Umum Mengenai
Pertumbuhan Tanaman
Rohmah, dkk., (2006:6)
mengatakan bahwa pertumbuhan pada tanaman dibedakan menjadi pertumbuhan primer
dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer terjadi pada ujung akar dan ujung
batang. Pada jaringan meristem, terdapat bagian pada titik tumbuh akar dan
titik tumbuh batang. Pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang diakibatkan
adanya pembelahan sel-sel pada jaringan kambium. Seperti, perbedaaan ketebalan
pertumbuhan membentuk garis melingkar (lingkaran musim).
Widayati, dkk., (2006:11) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi sifat genetik tumbuhan tersebut yang
diperoleh secara turun menurun, seperti gen dan hormon. Adapun faktor-faktor
internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut.
7
- Faktor luar yaitu makanan, air, suhu, kelembapan, cahaya, aerasi, dan derajat keasaman
- Faktor dalam yaitu gen dan hormon
2.6
Taksonomi
Menurut
Syamsuri (2004), klasifikasi Euphorbia sp sebagai berikut:
- Regnum : Plantae
- Divisi : Spermatophyta berbunga
- Class : Dycotiledonae
- Ordo : Euphorbiales
- Familia : Euphorbiaceae
- Genus : Euphorbia
- Spesies : Euphorbia sp
8
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti pada 13 Agustus-10 November 2008,
bertempat di Jl. Masjid Al Hidayah No. 34 RT 01, Watervang, Lubuk Linggau Timur
1, Lubuk Linggau, Sumsel
3.2
Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu ember dan
botol plastik ukuran 600 ml
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu deterjen Rinso,
air, dan tanaman Euphorbia sp.
3.3
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai
adalah metode eksperimen dan secara deskriptif.
9
3.4
Cara kerja
3.4.1 Persiapan
Alat dan Bahan
1. Disiapkan ember
2. Disiapkan botol plastik 600 ml
3. Disiapkan Rinso sebanyak 2
sendok makan
4. Disiapkan air sebanyak 4 liter
5. Disiapkan sebuah pot tanaman Euphorbia
sp
|
3.4.2
Pelaksanaan Kerja
1. Dimasukkan air dan
deterjen ke dalam embe
2. Dicuci pakaian kedalam larutan
deterjen
3. Dipisahkan antara pakaian dan
limbah deterjen
4. Diambil limbah deterjen,
kemudian dituangkan ke dalam botol
5. Diendapkan air limbah deterjen
selama sehari
6. Setelah diendapkan selama
sehari, disiramkan limbah deterjen pada sebuah pot tanaman Euphorbia sp
sebanyak 300 ml/ penyiraman, sekali dalam sehari.
7. Dilakukan berulang – ulang selama
sebulan
8. Diamati perubahan atau pengaruh
yang terjadi pada Euphorbia sp.
|
3.5
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah secara kualitatif
3.6
Variabel Yang Diamati
1.
Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini
yaitu limbah deterjen
2.
Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini
yaitu pembungaan Euphorbia sp
10
3.
Variabel Kontrol
Variabel kontrol pada penelitian ini
yaitu volume deterjen dan air
Volume deterjen :
sebanyak 2 sendok makan
Volume
air : 4 liter
3.7 HASIL DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa proses penyiraman limbah deterjen ada cara dan takaran tertentu sebelum
menyiramkan limbah deterjen tersebut pada tanaman Euphorbia sp. Sebelum
deterjen disiramkan pada tanaman, deterjen terlebih dahulu diendapkan
selama sehari. Hal ini bertujuan agar zat-zat kimia seperti surfaktan, builder,
filler, dan additives serta kotoran pakaian pada limbah deterjen mengendap,
agar tidak berbahaya terhadap tanaman. Sesuai dengan hasil penelitian yang
telah peneliti lakukan ternyata tanaman Euphorbia sp tidak mati dengan
begitu berarti limbah deterjen dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman Euphorbia
sp.
Selain dapat dimanfaatkan untuk
menyiram tanaman, ternyata limbah deterjen juga dapat merangsang pembungaan
pada tanaman Euphorbia sp. Bunga Euphorbia sp yang mulanya
sedikit menjadi banyak, hal ini diketahui berdasarkan pengamatan selama
sebulan. Adanya kandungan air dan fosfat yang terkandung dalam limbah deterjen
ternyata memengaruhi pertumbuhan tanaman Euphorbia sp. Air yang
merupakan nutrisi yang sangat penting bagi tumbuhan merupakan salah satu faktor
utama yang memengaruhi pertumbuhan dan pembungaan tanaman Euphorbia sp
sehingga tanaman dapat tumbuh subur sebagaimana mestinya tanaman yang lain.
Selain itu, ditambah pula dengan adanya kandungan fosfat yang merupakan unsur
makro dalam pertumbuhan tanaman. Fosfat dapat memengaruhi pertumbuhan pucuk
tanaman (aktivitas hormon auksin). Jadi limbah deterjen memiliki pengaruh dalam
proses merangsang pertumbuhan dan pembungaan pada tanaman Euphorbia s.Banyaknya
penyiraman limbah deterjen yaitu sebanyak 300 ml perhari. Hal dikarenakan
apabila penyiraman dilakukan seperti penyiraman tanaman biasa dengan rentang
waktu 2x sehari pagi dan sore serta kuantitas air yang banyak, maka dapat
menyebabkan tanaman Euphorbia sp. busuk dan mati. .Pemanfaatan limbah
deterjen ini memiliki dampak positif yang besar, melalui pemanfaatan limbah
deterjen ini maka akan membantu mengurangi pencemaran lingkungan maupun air
yang sangat mengkhawatirkan saat ini. Jika setiap rumah memanfaatkan limbah
deterjen untuk menyiram tanaman maka air yang semula akan dibuang begitu saja
dapat dimanfaatkan untuk membantu proses pembungaan pada tanaman.
11
Hal ini juga merupakan langkah
penghematan air dan wujud pemanfaatan terhadap limbah deterjen. Selain itu,
keuntungan lainnya yaitu hal ini dapat meningkatkan program ” Tanam Seribu
Pohon ” yang merupakan solusi untuk mengurangi polusi udara dan global
warming saat ini sebab dengan pengetahuan pemanfaatan limbah deterjen ini
akan meningkatkan minat masyarakat untuk menanam tanaman. Orang-orang yang
mulanya tidak mempunyai tanaman di rumah maka akan mulai menanam tanaman agar
limbah deterjen yang mereka hasilkan dapat mereka manfaatkan karena anggapan
bahwa limbah deterjen berbahaya bagi tanaman tidaklah benar jika limbah
deterjen tersebut diolah dengan baik seperti yang peneliti lakukan. Puncak dari
semua ini yaitu pencemaran lingkungan yang sangat mengkhawatirkan saat ini akan
sedikit demi sedikit berkurang. Lingkungan bersih yang diharapkan dapat
terlaksana
12
Hasil
Analisis
1. Judul
Karya Ilmiah : Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp
2. Penulis : Erna
Siaga
3. Jenis penelitian :
Penelitian dapat digolongkan menurut sudut tinjauan tertentu. Menurut Prof.
Sutrisno Hadi MA , jenis-jenis penelitian dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Menurut Bidangnya :
1). Penelitian Pertanian : Pemanfaatan
Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp merupakan
penelitian pertanian karena penulis bertujuan mengolah limbah detergen menjadi
suatu zat perangsang pembungaan pada Euphorbia sp ( Halaman 2 : Tujuan
Penelitian ).
2). Penelitian Pendidikan
: Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp merupakan
penelitian pendidikan karena penulis melakukan penelitian untuk mengetahui
apakah limbah detergen menjadi suatu zat perangsang pembungaan pada Euphorbia sp?
.Dan serta untuk memperdalam Pelajaran Biologi Kelas XII IPA BAB Perkembangan
dan Pertumbuhan Tumbuhan ( Halaman 2 : Tujuan dan Manfaat Penelitian ).
b. Menurut Tempatnya :
1) .Penelitian Perpustakaan
: Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp merupakan
penelitian perpustakaan karena penulis mencari referensi pustaka demi mendukung
penelitiannya ( Tinjauan Pustaka ,Halaman3-8 )
2).Penelitian kancah
: Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp merupakan
penelitian kancah karena penulis melakukan penelitian disebuah tempat yaitu di Jl. Masjid Al Hidayah No. 34 RT 01, Watervang, Lubuk
Linggau Timur 1, Lubuk Linggau, Sumsel ( Halaman 9 )
c.
Menurut Pemakaiannya
Penelitian terapan (terpakai ) : Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp merupakan
penelitian terapan
(terpakai ) karena penulis melakukan penelitian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat yaitu limbah detergen dapat bermanfaat untuk merangsang Pembungaan bunga Euphorbia sp ,selain untuk pendidikan (Halaman 2 )
(terpakai ) karena penulis melakukan penelitian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat yaitu limbah detergen dapat bermanfaat untuk merangsang Pembungaan bunga Euphorbia sp ,selain untuk pendidikan (Halaman 2 )
d. Menurut Tarafnya
Penelitian inferensial : Pemanfaatan
Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp merupakan
penelitian inferensial karena penilitian ini dapat disimpulkan bahwa limbah
detergen dapat merangsang pembungaan pada tanaman Euphorbia sp ( Halaman 11-12)
e. Menurut Pendekatannya
Penelitian Cross Sectional : Pemanfaatan
Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp merupakan
penelitian yang melakukan pendekatan silang antara penelitian secara deskriftif
dan eksperimental (Halaman 9 )
Disisi Dirjen Pendidikan Tinggi
menyebutkan salah satu cara penggolongan
mengenai macam rancangan penelitian berdasarkan atas sifat-sifat masalah
diatas , rancangan penelitian dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Penelitian
Historis
2. Penelitian
Deskriptif
3. Penelitian
Perkembangan
4. Penelitian
Kasus dan Penelitian Lapangan
5. Penelitian
Korelasional
6. Penelitian
Kausal Komparatif
7. Penelitian
Eksperimental Sungguhan
8. Penelitian
Eksperimental Semu
9. Penelitian
Tindakan
Penelitian Karya Ilmiah yang
berjudul ‘’ Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp’’ dapat
digolongkan sebagai Penelitian Deskriptif dan Penelitian Eksperimen Sungguhan (
Halaman 9 )
1) Penelitian Deskriptif
a. Pengertian : Penelitian
yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan
data , menyajikan data , menganalisis , dan menginterpretasi , bersifat
komperatif dan korelatif . Misalnya dalam karya Pemanfaatan Limbah Deterjen
untuk Merangsang Pembungaan pada
Tanaman Euphorbia sp penulis berusaha menuturkan pemecahan masalah
terhadap pustaka yang menyebutkan bahwa limbah detergen mencemari air (Halaman
1 )
b. Tujuan : Pemanfaatan
Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp bertujuan untuk
memecahkan masalah secara sistematis dan factual agar masyarakt tidak melakukan
pemborosan air (Halaman 2)
c. Contoh : Pemanfaatan
Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp penulis melakukan
survei atau menurut sebuah data factual terhadap pencemaran air akibat Limbah
Detergen dan penggunaan air yang boros dalam pertanian (Halaman 1)
d. Ciri-ciri :
1). Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang bisa mengajukan hipotesis atau tidak. Dalam Karya Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp menunjukkan adannya hipotesis (Halaman 2 )
1). Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang bisa mengajukan hipotesis atau tidak. Dalam Karya Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp menunjukkan adannya hipotesis (Halaman 2 )
2). Merancang pendekatan ,
yang meliputi macam datanya , penentuan data , sampel , metode pengumpulan data
( Halaman 9-11)
3). Pengumpulan Data
(Halaman 9-11)
4).Menyusun Laporan (
Halaman i-iv )
2). Penelitian Eksperimental Sungguhan ( True
Experimental research )
a. Tujuan :
Penelitian eksperimental
sungguhan bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat
dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental , satu
atau lebih kelompok control yang tidak dikenai kondisi perlakuan .
b. Contoh :
Misal pada Karya ‘’ Pemanfaatan
Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp’’ bertujuan untuk
mengetahui apakah limbah detergen yang mencemari air mempunyai nilai manfaat dalam
segi Pertanian dan Pendidikan ( Halaman 2)
c. Ciri-ciri Eksperimntal
Desain :
1). Menurut pengaturan variabel-variabel dan
kondisi-kondisi eksperimen secara tertib dan ketat baik control atau manipulasi
langsung maupun randominasi ( Halaman 10-11 )
2). Menggunakan Kelompok
Kontrol sebagai garis dasar ( Halaman 9-11)
3). Memusatkan usaha pada
pengontrolan varian
a. Memaksimalkan
varian variabel yang berkaitan dengan hipotesis (Halaman 10-11)
b. Meminimalkan
varian variabel pengganggu yang tidak diinginkan (Halaman 10-11)
c. Meminimalkan
varian kekeliruan atau rambang ( Halaman 10-11 )
4). Rancangan ini menurut interval validity
merupakan tujuan utama metode eksperimen ( Halaman 2)
5) . Rancangan ini menurut
interval validity, seberapa representatifkah penemuan-penemuan penelitian ,
hasil penelitian dan kesimpulannya (Halaman 11-12)
6). Kemajuan dalam
metodologi penelitian , dan menentukan :
a. Efek
Variabel bebas utama ( Halaman 10-11 )
b. Variasi
yang berkaitan dengan variabel yang digunakan membuat Klasifikasi ( Halaman
10-11)
c. Interaksi
antara kombinasi variabel bebas dan atau variabel yang digunakan untuk membuat
klasifikasi tertentu (Halaman 10-11 )
Kelemahan :
Kalau metode ini dikenakan
kepada duniannya , karena manusia sering berbuat lain apabila tingkah lakunya
dibatasi secara artificial dimanipulasi atau observasi secara sistematis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar