Jumat, 02 Maret 2012

Tugas Riset


TUGAS RISET
MENGANALISIS KARYA ILMIAH

Nama : Linda Ayu Diwanti
Kelas : XII IPA 1
Sekolah : SMA NEGERI 3 Samarinda
Judul Analisis Karya :
Pemanfaatan Limbah Deterjen
untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp





Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp

Disusun oleh : Erna Siaga






i

KATA PENGANTAR


            Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-NYA , penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang berjudul ‘’ Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada Tanaman Euphorbia sp ‘’ .Air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia , namun aktivitas rumah tangga seperti mencuci ternyata memberikan dampak negatif yaitu pencemaran air akibat penggunaan detergen . Untuk itu penulis ingin mengolah limbah detergen menjadi sesuatu yang memiliki nilai guna yaitu sebagai perangsang pada pembungaan bunga Euphorbia sp
           Karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat di lingkungan masyarakat , seperti masyarakat tidak lagi melakukan pemborosan air , dan pupuk . serta diharapkan karya tulis ini dapat menjadi media alternatif serta media pendidikan dan penulis berharap pembaca dapat berkontribusi memberikan saran dan kritik dalam karya tulis ini untuk penyempurnaan.
          Terima kasih kepada orang tua , serta guru pembimbing penulis atas dukungan yang diberikan . Semoga Karya ini dapat berkontribusi positif bagi pembaca


       
Lubuk Linggau, November 2008

Penulis




ii
 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………1
C. Tujuan ………………………………………………………………………..2
D. Manfaat ………………………………………………………………………2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………….3
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………...9
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………….12
A. Kesimpulan …………………………………………………………………..12
B. Saran-saran …………………………………………………………………...13
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… iv





iii

BAB I
PENDAHULUAN
 1.1  Latar Belakang
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan, baik bagi manusia, hewan maupun tumbuhan. Manusia sangat membutuhkan air di dalam menjalankan aktivitas hidupnya , seperti mencuci, minum, memasak, mandi dan lain-lain. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hewan maupun tumbuhan yang juga sangat membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya.
Dewasa ini, pemborosan dalam hal penggunaan air adalah hal yang sangat memprihatinkan, seperti halnya penggunaan air dan deterjen untuk mencuci pakaian. Deterjen adalah pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat penggunaan deterjen, sehingga deterjen menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern  Namun, pemakaian deterjen yang berlebihan adalah salah satu faktor yang mendorong penggunaan air semakin meningkat  dan produksi limbah pun semakin menjadi.Umumnya, air dari limbah industri rumah tangga tidak memiliki tingkat produktivitas lagi sehingga akan langsung dibuang setelah digunakan, seperti halnya air limbah mencuci pakaian. Padahal, air limbah pencuci pakaian masih memiliki nilai guna yaitu untuk menyiram tanaman. Akan tetapi, banyak anggapan bahwa tindakan tersebut dapat membahayakan kelangsungan hidup tanaman. Dengan alasan bahwa air limbah mencuci pakaian tersebut banyak mengandung zat kimia dari deterjen  yang berbahaya bagi tanaman.
Pemanfaatan limbah deterjen untuk menyiram tanaman merupakan sebuah langkah yang menguntungkan. Tidak hanya sebagai usaha pemanfaatan limbah deterjen agar limbah tersebut bermanfaat bagi tanaman, tindakan ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan, seperti pencemaran terhadap tanah dan sungai di sekitar pemukiman. Selain itu, hal ini juga dapat mendorong setiap individu untuk gemar menanam tanaman tanpa harus melakukan pemborosan terhadap penggunaan air bersih sehingga jika hal itu terjadi maka akan dapat mencegah pencemaran udara dan program Tanam Seribu Pohon terdukung.
Hal inilah yang membuat tim peneliti tertarik untuk melakukan penelitian apakah limbah deterjen dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman lalu apa pengaruh limbah deterjen terhadap pembungaan  pada tanaman Euphorbia sp sebab banyak orang berpikir bahwa menggunakan limbah deterjen akan berdampak negatif pada tanaman.


1
1.2  Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dibahas yaitu sebagai berikut:
  1. Apakah limbah deterjen dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman?
  2. Apa pengaruh limbah deterjen terhadap pembungaan tanaman  Euphorbia   sp?
 1.3  Batasan Masalah
Pembuatan karya tulis ini memiliki batasan masalah yaitu sebagai berikut.
  1. Limbah deterjen bermerek Rinso sebagai limbah deterjen untuk menyiram tanaman
  2. Penelitian ini dilakukan pada tanaman Euphorbia sp.
 1.4. Hipotesis
      Hipotesis pada penelitian ini yaitu sebagai berikut.
  1. H1 : Limbah deterjen dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman dan merangsang pembungaan pada tanaman Euphorbia sp.
  2. Ho  : Limbah deterjen tidak dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman dan merangsang pembungaan pada tanaman Euphorbia sp.
 1.5  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan tim peneliti membuat karya tulis ini yaitu:
  1. Untuk mengetahui apakah limbah deterjen dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.
  2. Untuk mengetahui pengaruh limbah deterjen terhadap pembungaan tanaman Euphorbia sp.
 1.6  Manfaat Penelitian
  1. Manfaat bagi masyarakat : Masyarakat dapat memanfaatkan limbah deterjen yang diduga      tidak dapat         dimanfaatkan lagi sebagai air untuk menyiram tanaman , Menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan , dan Mengurangi pemakaian air yang sering kali berlebihan.
  2. Manfaat bagi pendidikan : Memperdalam pelajaran biologi kelas XII Bab Perkembangan                            dan Pertumbuhan Tumbuhan


2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
1.  Deterjen
a)      Menurut KBBI (2002:259),” Deterjen adalah bahan pembersih pakaian (seperti sabun yang tidak dibuat dari lemak atau soda dan berupa tepung atau cairan).”
b)      Menurut Wikipedia (2008:11),” Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.”
2.  Tanaman
Menurut KBBI (2002:1134),” Tanaman adalah tumbuhan yang biasa ditanam orang.”
3.   Limbah
Menurut KBBI (2002:672),” Limbah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau pemakaian.”
4.  Air
Menurut KBBI (1999:13),  ”Air adalah benda cair yang biasa terdapat disumur, sungai, danau, yang mendidih pada suhu 100 C. ”
 2.2.   Tinjauan Umum Mengenai Deterjen
Produk yang disebut deterjen merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Detergen adalah Surfaktant anionik dengan gugus alkil (umumnya C9 – C15) atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3- Na+ dan ROSO3- Na+) yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin).


3
Setelah Perang Dunia II, detergen sintetik mulai dikembangkan akan tetapi karena gugus utama surfaktan ABS yang sulit di biodegradabel maka pada tahun 1965 industri mengubahnya dengan yang biodegradabel yaitu dengan gugus utama surfaktant LASProses pembuatan detergen dimulai dengan membuat bahan penurun tegangan permukaan, misalnya : p – alkilbenzena sulfonat dengan gugus alkil yang sangat bercabang  disintesis dengan polimerisasi propilena dan dilekatkan pada cincin benzena dengan reaksi alkilasi Friedel – Craft  Sulfonasi, yang disusul dengan pengolahan dengan basa. 
2.2.1 Komposisi Deterjen
  1. Surfaktan (surface active agent) : Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktant ini baik berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), Non ionic (Nonyl phenol polyethoxyle), Amphoterik (Acyl Ethylenediamines)
  2. Builder (Permbentuk) : Builder berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa Phosphates (Sodium Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit),  dan Sitrat (asam sitrat).
  3. Filler (pengisi) : Filler adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate
  4. Additives : Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti Redeposisi). Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.
 2.2.2.   Klasifikasi Deterjen Berdasarkan Kandungan Gugus Aktif yang Terkandung
1.   Detergen jenis keras
Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air.Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena maka persamaan reaksinya adalah:

4
C6H5C12H25 + SO3  →  C6H4C12H25SO3H    (Dodekil Benzena Sulfonat)
 Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat.
2.   Detergen jenis lunak
Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
C12H25OH  + H2SO4  →  C12H25OSO3H + H2O
 Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.Umumnya pada deterjen anionik ditambahkan zat aditif lain (builder) seperti golongan ammonium kuartener (alkyldimetihylbenzyl-ammonium cloride, diethanolamine/ DEA), chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP) dan beberapa jenis surfaktan seperti sodium lauryl sulfate (SLS), sodium laureth sulfate (SLES) atau linear alkyl benzene sulfonate (LAS). Golongan ammonium kuartener ini dapat membentuk senyawa nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kanker.
Senyawa SLS, SLES atau LAS mudah bereaksi dengan senyawa golongan ammonium kuartener, seperti DEA untuk membentuk nitrosamin. SLS diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang dewasa.Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Keberadaan busa-busa di permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat.


5
Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri.Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mem­punyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristis yang tidak nampak pada sabun.Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan, yang beraksi dalam menjadikan air menjadi lebih basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan gas (udara), padatan-padatan (debu), dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur “Amphiphilic“, yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air.Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mem­punyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristis yang tidak nampak pada sabun.
 2.3. Manfaat Deterjen
Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas dalam bentuk produk-produk seperti:
  1. Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan, dll.
  2. Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer di masyarakat.
  3. Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.
  4. Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.
Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat penggunaan deterjen, sehingga menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern.

6
2.4 Tinjauan Umum Mengenai Air
Air adalah zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi,tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Pengaturan air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik.
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.Air merupakan salah satu nutrisi yang sangat penting untuk tumbuhan. Tanpa air, tumbuhan tidak akan tumbuh. Air termasuk senyawa utama yang sangat dibutuhkan tumbuhan. Air berfungsi antara lain untuk fotosintesis, mengaktifkan reaksi enzimatik, menjaga kelembapan, dan membantu perkecambahan biji. Tanpa air, reaksi kimia dalam sel tidak dapat berlangsung sehingga mengakibatkan tumbuhan mati.(Pratiwi, 2007:10)
2.5  Tinjauan Umum Mengenai Pertumbuhan Tanaman
             Rohmah, dkk., (2006:6) mengatakan bahwa pertumbuhan pada tanaman dibedakan menjadi pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer terjadi pada ujung akar dan ujung batang. Pada jaringan meristem, terdapat bagian pada titik tumbuh akar dan titik tumbuh batang. Pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang diakibatkan adanya pembelahan sel-sel pada jaringan kambium. Seperti, perbedaaan ketebalan pertumbuhan membentuk garis melingkar (lingkaran musim).
            Widayati, dkk., (2006:11) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi sifat genetik tumbuhan tersebut yang diperoleh secara turun menurun, seperti gen dan hormon. Adapun faktor-faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut.

7
  1. Faktor luar yaitu makanan, air, suhu, kelembapan, cahaya, aerasi, dan derajat   keasaman
  2. Faktor dalam yaitu gen dan hormon
 2.6   Taksonomi                                                                                                       
 Menurut Syamsuri (2004), klasifikasi Euphorbia sp sebagai berikut:
  1. Regnum           :  Plantae
  2. Divisi               :  Spermatophyta berbunga
  3. Class                :  Dycotiledonae
  4. Ordo                :  Euphorbiales
  5. Familia            :  Euphorbiaceae
  6. Genus              :  Euphorbia
  7. Spesies            :  Euphorbia sp















8
BAB III
PEMBAHASAN
 3.1              Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh  peneliti pada 13 Agustus-10 November 2008, bertempat di Jl. Masjid Al Hidayah No. 34 RT 01, Watervang, Lubuk Linggau Timur 1, Lubuk Linggau, Sumsel
 3.2              Alat dan Bahan
1.  Alat
      Adapun alat  yang digunakan pada penelitian ini yaitu ember dan botol plastik ukuran 600 ml
2.   Bahan
     Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu deterjen Rinso, air, dan tanaman     Euphorbia sp.
3.3              Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai adalah metode eksperimen dan secara deskriptif.










9
 3.4              Cara kerja
3.4.1    Persiapan Alat dan Bahan
1. Disiapkan ember
2. Disiapkan botol plastik 600 ml
3. Disiapkan Rinso sebanyak 2 sendok makan
4. Disiapkan air sebanyak 4 liter
5. Disiapkan sebuah pot tanaman Euphorbia sp

3.4.2    Pelaksanaan Kerja
1. Dimasukkan air dan deterjen  ke dalam embe
2. Dicuci pakaian kedalam larutan deterjen
3. Dipisahkan antara pakaian dan limbah deterjen
4.  Diambil limbah deterjen, kemudian dituangkan ke dalam botol
5. Diendapkan air limbah deterjen selama sehari
6. Setelah diendapkan selama sehari, disiramkan limbah deterjen pada sebuah pot tanaman Euphorbia sp sebanyak 300 ml/ penyiraman, sekali dalam sehari.
7. Dilakukan berulang – ulang selama sebulan
8. Diamati perubahan atau pengaruh yang terjadi pada Euphorbia sp.

  3.5              Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara kualitatif
 3.6              Variabel Yang Diamati
1.      Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu limbah deterjen
2.      Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini yaitu pembungaan Euphorbia sp
10
3.      Variabel Kontrol
Variabel kontrol pada penelitian ini yaitu volume deterjen dan air
Volume deterjen   : sebanyak 2 sendok makan
Volume air            : 4 liter
 3.7 HASIL DAN PEMBAHASAN
 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa proses penyiraman limbah deterjen ada cara dan takaran tertentu sebelum menyiramkan limbah deterjen tersebut pada tanaman Euphorbia sp. Sebelum deterjen disiramkan pada tanaman,  deterjen terlebih dahulu diendapkan selama sehari. Hal ini bertujuan agar zat-zat kimia seperti surfaktan, builder, filler, dan additives serta kotoran pakaian pada limbah deterjen mengendap, agar tidak berbahaya terhadap tanaman. Sesuai dengan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan ternyata tanaman Euphorbia sp tidak mati dengan begitu berarti limbah deterjen dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman Euphorbia sp.
Selain dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, ternyata limbah deterjen juga dapat merangsang pembungaan pada tanaman Euphorbia sp. Bunga Euphorbia sp yang mulanya sedikit  menjadi banyak, hal ini diketahui berdasarkan pengamatan selama sebulan. Adanya kandungan air dan fosfat yang terkandung dalam limbah deterjen ternyata memengaruhi pertumbuhan tanaman Euphorbia sp. Air yang merupakan nutrisi yang sangat penting bagi tumbuhan merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan dan pembungaan tanaman Euphorbia sp sehingga tanaman dapat tumbuh subur sebagaimana mestinya tanaman yang lain. Selain itu, ditambah pula dengan adanya kandungan fosfat yang merupakan unsur makro dalam pertumbuhan tanaman. Fosfat dapat memengaruhi pertumbuhan pucuk tanaman (aktivitas hormon auksin). Jadi limbah deterjen memiliki pengaruh dalam proses merangsang pertumbuhan dan pembungaan pada tanaman Euphorbia s.Banyaknya penyiraman limbah deterjen yaitu sebanyak 300 ml perhari. Hal dikarenakan apabila penyiraman dilakukan seperti penyiraman tanaman biasa dengan rentang waktu 2x sehari pagi dan sore serta kuantitas air yang banyak, maka dapat menyebabkan tanaman Euphorbia sp. busuk dan mati. .Pemanfaatan limbah deterjen ini memiliki dampak positif yang besar, melalui pemanfaatan limbah deterjen ini maka akan membantu mengurangi pencemaran lingkungan maupun air yang sangat mengkhawatirkan saat ini. Jika setiap rumah memanfaatkan limbah deterjen untuk menyiram tanaman maka air yang semula akan dibuang begitu saja dapat dimanfaatkan untuk membantu proses pembungaan pada tanaman.
11


Hal ini juga merupakan langkah penghematan air dan wujud pemanfaatan terhadap limbah deterjen. Selain itu, keuntungan lainnya yaitu hal ini dapat meningkatkan program ” Tanam Seribu Pohon ” yang merupakan solusi untuk mengurangi polusi udara dan global warming saat ini sebab dengan pengetahuan pemanfaatan limbah deterjen ini akan meningkatkan minat masyarakat untuk menanam tanaman. Orang-orang yang mulanya tidak mempunyai tanaman di rumah maka akan mulai menanam tanaman agar limbah deterjen yang mereka hasilkan dapat mereka manfaatkan karena anggapan bahwa limbah deterjen berbahaya bagi tanaman tidaklah benar jika limbah deterjen tersebut diolah dengan baik seperti yang peneliti lakukan. Puncak dari semua ini yaitu pencemaran lingkungan yang sangat mengkhawatirkan saat ini akan sedikit demi sedikit berkurang. Lingkungan bersih yang diharapkan dapat terlaksana


















12
Hasil Analisis
1. Judul Karya Ilmiah : Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada   Tanaman Euphorbia sp
2. Penulis : Erna Siaga
3. Jenis penelitian : Penelitian dapat digolongkan menurut sudut tinjauan tertentu. Menurut Prof. Sutrisno Hadi MA , jenis-jenis penelitian dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Menurut Bidangnya :
 1). Penelitian Pertanian : Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada   Tanaman Euphorbia sp merupakan penelitian pertanian karena penulis bertujuan mengolah limbah detergen menjadi suatu zat perangsang pembungaan pada Euphorbia sp ( Halaman 2 : Tujuan Penelitian ).
2). Penelitian Pendidikan : Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada   Tanaman Euphorbia sp merupakan penelitian pendidikan karena penulis melakukan penelitian untuk mengetahui apakah limbah detergen menjadi suatu zat perangsang pembungaan pada Euphorbia sp? .Dan serta untuk memperdalam Pelajaran Biologi Kelas XII IPA BAB Perkembangan dan Pertumbuhan Tumbuhan ( Halaman 2 : Tujuan dan Manfaat Penelitian ).
b. Menurut Tempatnya :
1) .Penelitian Perpustakaan : Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada   Tanaman Euphorbia sp merupakan penelitian perpustakaan karena penulis mencari referensi pustaka demi mendukung penelitiannya ( Tinjauan Pustaka ,Halaman3-8 )
2).Penelitian kancah : Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada   Tanaman Euphorbia sp merupakan penelitian kancah karena penulis melakukan penelitian disebuah tempat yaitu di Jl. Masjid Al Hidayah No. 34 RT 01, Watervang, Lubuk Linggau Timur 1, Lubuk Linggau, Sumsel ( Halaman 9 )
c. Menurut Pemakaiannya
Penelitian terapan (terpakai ) : Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada   Tanaman Euphorbia sp merupakan penelitian terapan
(terpakai ) karena penulis melakukan penelitian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat yaitu limbah detergen dapat bermanfaat untuk merangsang Pembungaan bunga Euphorbia sp ,selain untuk pendidikan (Halaman 2 )


d. Menurut Tarafnya
Penelitian inferensial : Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada   Tanaman Euphorbia sp merupakan penelitian inferensial karena penilitian ini dapat disimpulkan bahwa limbah detergen dapat merangsang pembungaan pada tanaman Euphorbia sp ( Halaman 11-12)
e. Menurut Pendekatannya
Penelitian Cross Sectional : Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada   Tanaman Euphorbia sp merupakan penelitian yang melakukan pendekatan silang antara penelitian secara deskriftif dan eksperimental (Halaman 9 )
          Disisi Dirjen Pendidikan Tinggi menyebutkan salah satu cara penggolongan  mengenai macam rancangan penelitian berdasarkan atas sifat-sifat masalah diatas , rancangan penelitian dapat digolongkan sebagai berikut :
1.      Penelitian Historis
2.      Penelitian Deskriptif
3.      Penelitian Perkembangan
4.      Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan
5.      Penelitian Korelasional
6.      Penelitian Kausal Komparatif
7.      Penelitian Eksperimental Sungguhan
8.      Penelitian Eksperimental Semu
9.      Penelitian Tindakan
Penelitian Karya Ilmiah yang berjudul ‘’ Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada   Tanaman Euphorbia sp’’ dapat digolongkan sebagai Penelitian Deskriptif dan Penelitian Eksperimen Sungguhan ( Halaman 9 )
1) Penelitian Deskriptif
a. Pengertian : Penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data , menyajikan data , menganalisis , dan menginterpretasi , bersifat komperatif dan korelatif . Misalnya dalam karya Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada   Tanaman Euphorbia sp penulis berusaha menuturkan pemecahan masalah terhadap pustaka yang menyebutkan bahwa limbah detergen mencemari air (Halaman 1 )
b. Tujuan : Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada   Tanaman Euphorbia sp bertujuan untuk memecahkan masalah secara sistematis dan factual agar masyarakt tidak melakukan pemborosan air (Halaman 2)
c. Contoh : Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada   Tanaman Euphorbia sp penulis melakukan survei atau menurut sebuah data factual terhadap pencemaran air akibat Limbah Detergen dan penggunaan air yang boros dalam pertanian (Halaman 1)
d. Ciri-ciri :
 1). Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang bisa mengajukan hipotesis atau tidak. Dalam Karya Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada   Tanaman Euphorbia sp menunjukkan adannya hipotesis (Halaman 2 )
2). Merancang pendekatan , yang meliputi macam datanya , penentuan data , sampel , metode pengumpulan data ( Halaman 9-11)
3). Pengumpulan Data (Halaman 9-11)
4).Menyusun Laporan ( Halaman i-iv )
2). Penelitian Eksperimental Sungguhan ( True Experimental research )
a. Tujuan :
Penelitian eksperimental sungguhan bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental , satu atau lebih kelompok control yang tidak dikenai kondisi perlakuan .
b. Contoh :
Misal pada Karya ‘’ Pemanfaatan Limbah Deterjen untuk Merangsang Pembungaan pada   Tanaman Euphorbia sp’’ bertujuan untuk mengetahui apakah limbah detergen yang mencemari air mempunyai nilai manfaat dalam segi Pertanian dan Pendidikan ( Halaman 2)
c. Ciri-ciri Eksperimntal Desain :
1).  Menurut pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimen secara tertib dan ketat baik control atau manipulasi langsung maupun randominasi ( Halaman 10-11 )
2). Menggunakan Kelompok Kontrol sebagai garis dasar ( Halaman 9-11)
3). Memusatkan usaha pada pengontrolan varian
a.       Memaksimalkan varian variabel yang berkaitan dengan hipotesis (Halaman 10-11)
b.      Meminimalkan varian variabel pengganggu yang tidak diinginkan (Halaman 10-11)
c.       Meminimalkan varian kekeliruan atau rambang ( Halaman 10-11 )
4).  Rancangan ini menurut interval validity merupakan tujuan utama metode eksperimen ( Halaman 2)
5) . Rancangan ini menurut interval validity, seberapa representatifkah penemuan-penemuan penelitian , hasil penelitian dan kesimpulannya (Halaman 11-12)
6). Kemajuan dalam metodologi penelitian , dan menentukan :
a.       Efek Variabel bebas utama ( Halaman 10-11 )
b.      Variasi yang berkaitan dengan variabel yang digunakan membuat Klasifikasi ( Halaman 10-11)
c.       Interaksi antara kombinasi variabel bebas dan atau variabel yang digunakan untuk membuat klasifikasi tertentu (Halaman 10-11 )
Kelemahan :
Kalau metode ini dikenakan kepada duniannya , karena manusia sering berbuat lain apabila tingkah lakunya dibatasi secara artificial dimanipulasi atau observasi secara sistematis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar